Sunday, March 23, 2008

Desa Cilember / Cilember Village









































gambar ini diambil di sela2 acara Big Hunting 2008 yang di selengarakan di desa cilember jawa barat

campus life


Friday, March 21, 2008

Teh Cegah Jantungan



AKIBAT WESTERNISASI, masyarakat Indonesia terutama kaum mudanya kini justru lebih menyenangi pola makan gaya barat. Katanya, "kalau tidak makan hamburger, gak gaul". Kalau tidak makan spageti dianggap ndeso. Padahal kebanyakan menu-menu "barat" ini kerapkali minim sayur mayur dan buah.
Sayur mayur dan buah, menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Ali Khomsan sangat kita perlukan karena mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin antioksidan penangkal radikal bebas penyebab kanker dan penyakit degeneratif (jantung, stroke, diabetes mellitus).
Di zaman yang sedang dilanda krisis lingkungan ini, antioksidan tampaknya menjadi hal vital. Pencemaran lingkungan yang begitu kentara kita rasakan dimana-mana tidak kenal tempat, entah itu di kota maupun desa.
Tak heran bila banyak pula produk yang dengan gencarnya menambahkan kandungan antioksidan ke dalamnya. Air mineral misalnya. Namun, menurut Ali, berbeda dengan bila kita mengonsumsi teh hitam. Selain air yang kita dapatkan yang bisa menjadi wahana teh itu sendiri, kandungan lain dalam teh hitam juga bermanfaat bagi kesehatan kita. Teh hitam, dikatakan Ali juga mengandung antioksidan, bahkan lebih kuat dibanding vitamin E dan C biasa.
Zat aktif yang disebut Catechinlah yang menjadi jagoannya. Dari sekian ratus kandungan kimia di dalam teh, zat aktif satu inilah yang paling hebat. Antioksidan catechin dalam proses pembuatan teh hitam, kata Ali Khomsan akan dirubah menjadi Theaflavin sehingga penikmat teh dapat merasakan perbedaan kesegaran rasa dan warna yang mencolok yakni kemerahan.
Nah, aktivitas Theaflavin sebagai antioksidan setara bahkan lebih tinggi daripada catechins sendiri. Menurut Ali, yang mengutip penelitian Prosenjit dan Sukta tahun 2003, Theaflavin dikatakan mempunyai laju penangkapan radikal bebas lebih tinggi daripada EGCG (epigallo catechin gallate), salah satu jenis Catechin. Theaflavin bahkan dikatakan meningkatkan antioksidan alami dalam tubuh (glutation peroksidase, katalase).
Dengan demikian, antioksidan yang lebih kuat dalam teh hitam inilah yang menjadi kunci kenapa teh hitam lebih jagoan dibanding minuman jenis lain seperti air mineral. Sebagai informasi, antioksidan dikatakan bermanfaat dalam mencegah penyakit jantung dan stroke serta penyakit degeneratif lain karena mampu menghambat oksidasi kolesterol jahat. "Bila kolesterol jahat ini teroksidasi, maka penyumbatan pembuluh darah akan mudah terjadi," jelas Ali.
Bahkan, kata Ali, teh hitam dikatakan terkait dengan pengurangan risiko obesitas sehingga membuat berat badan menjadi ideal. Terlebih lagi, konsumsi teratur 1-2 cangkir sehari membuat peredaran darah menjadi lancar dan mengurangi penumpukan kolesterol dalam tubuh sampai 40 persen. Tapi ingat, bagi ibu yang sedang hamil Prof Ali menyarankan, "Batasi minum teh karena biasanya ibu hamil kekurangan darah atau anemia," Teh ini akan meningkatkan risiko ini.
M7-08

The Team Behind Björk's Warped Wonderland

By STEPHEN DIGNAN
Special to the Sun
March 13, 2008

Only Björk, that Icelandic songstress of the strange, could star in a music video featuring a yak, a river appearing to be made of hair, and a character called Painbody Backpack — all of which require 3-D glasses for viewing. And only filmmakers Isaiah Saxon, 25, and Sean Hellfritsch, 24, known together as the video production team Encyclopedia Pictura, could create it.

For the past nine months, the Bay Area-based creative team has worked with Björk to create a stereoscopic 3-D music video for "Wanderlust," the fourth track on her Grammy-nominated album, "Volta." "Björk had viewed our last video, and she called us up and asked if we'd like to do a video," Mr. Saxon explained, sitting in front of a computer screen in a lower Manhattan post-production facility, the UV Phactory.

Tonight, the resulting seven-minute piece will have its premiere at the new Long Island City gallery space of Deitch Projects. The studio space formerly belonged to the artist and Björk paramour Matthew Barney, and it was in this space that the video was shot.

The event will feature a 3-D screening — in a specially built cave-like theater, where viewers will watch it wearing polarized 3-D glasses — as well as a display of the large mechanical puppets, props, scale models, costumes, and sets that were used to make the video.

Mssrs. Saxon and Hellfritsch had a mainly volunteer crew that assisted them. With that help, they employed techniques including green-screen shooting, stereoscopy, and computer-generated imagery to achieve a psychedelic visual aesthetic.

Tuesday, March 18, 2008

PEMENTASAN WAYANG WONG ARJUNA WIWAHA


PERGELARAN WAYANG WONG
"ARJUNA WIWAHA (SUCIPTANING MINTARAGA)" DALAM RANGKA 40 TAHUN UKM
SWAGAYUGAMA

DI GEDUNG SOCIETIET-TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA
PADA 18 MARET 2008 PKL. 19.00 WIB.

HTM RP 5000,-

MENAMPILKAN PENARI-PENARI DARI ALUMNI, SENIOR AKTIF, DAN JUNIOR UKM
SWAGAYUGAMA SEKALIGUS PERAWIT-PERAWITNYA.

PLUS PERAN SERTA GBPH YUDHANINGRAT, RM PRAMUTOMO, DAN LAIN-LAIN.

MASIH DITAMBAH PULA SPECIAL PERFORMANCE DARI BKKT (BADAN KOORDINASI
KESENIAN TRADISIONAL) UNIV. SEBELAS MARET SURAKARTA.

CP : AMELIA (086543035889)

Minyak Tinggi Ekonomi Indonesia Morat-marit

Rekor baru diciptakan pemerintah. Dalam sejarah Indonesia, baru kali ini APBN yang disahkan tiga bulan sebelumnya mesti diubah total. Ini semua berpangkal pada gejolak harga minyak dunia yang melewati angka psikologis US$ 100 per barel. Pemerintah pun mengubah asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price --ICP) dalam APBN yang disahkan Oktober tahun lalu, dari US$ 83 menjadi US$ 85 per barel. Perubahan ini disepakati pemerintah dan Komisi VII DPR, Senin lalu.

Selain mengubah asumsi harga minyak, pemerintah juga menciptkan rekor dalam peningkatan produksi. Pada 2007, produksi minyak Indonesia adalah 910.000 barel per hari. Ini angka terendah dalam 35 tahun terakhir sejarah produksi minyak Indonesia. Tahun ini, pemerintah mendongkrak angka produksi (lifting) menjadi 960.000 barel per hari.

Dua perubahan asumsi itu tentu saja sangat menggembirakan. Sebab, dengan angka-angka tersebut, sisi pendapatan APBN akan naik pesat. Namun, karena konsumsi bahan bakar negeri berpenduduk nomor lima di dunia ini lebih besar dari lifting, sisi pengeluaran pun turut terdongkrak. Tapi asumsi baru itu dinilai banyak pengamat lebih realistis.

Yang juga menjadi masalah, bagaimana pemerintah dalam sekejap bisa mendongkrak produksi minyak hingga 50.000 barel per hari pada 2008 ini? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, menyodorkan angka produksi dari Lapangan Duri sebanyak 50.000 barel per hari. "Selama ini, produksi Chevron tersebut tidak dihitung sebagai lifting," kata Purnomo, yang mewakili pemerintah dalam rapat kerja dengan anggota dewan.

Bagaimanapun, pemerintah dan DPR telah sepakat mengubah asumsi di APBN. Wacana perubahan asumsi harga minyak mentah dalam APBN 2008 itu sebenarnya sudah menyeruak pada awal Desember lalu. Pemicunya apa lagi kalau bukan harga emas hitam yang sempat menyentuh US$ 99,3 per barel, akhir November 2007. "Jika harga minyak mencapai US$ 100 per barel, semua asumsi APBN 2008 berubah," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, ketika itu.

Bahkan, meskipun angka psikologis US$ 100 per barel belum tembus, toh pasang kuda-kuda telah diambil. "Tapi harus (tetap) diantisipasi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Boediono.

Benar, pemerintah pun memutuskan untuk mengubah APBN 2008. Padahal, pada 9 Oktober lalu baru disahkan DPR. Sejak itu, wacana soal APBN Perubahan 2008 terus santer dibahas. Isu paling menonjol adalah asumsi harga minyak dalam RAPBN-P 2008. Asumsi tersebut begitu penting karena menyangkut subsidi bahan bakar minyak, listrik, inflasi, dan defisit anggaran yang harus dikelola pemerintah dengan cerdik.

Dalam APBN 2008, pemerintah mematok harga minyak mentah US$ 60 per barel. Padahal, harga minyak mentah dunia terus bertengger di kisaran US$ 90 per barel. Pemerintah sendiri menjadi lebih realistis ketika mengusulkan asumsi harga minyak US$ 83 per barel pada 8 Februari lalu. Sedangkan lifting-nya sebanyak 910.000 barel per hari.

Nah, kesepakatan pemerintah dengan DPR mengenai asumsi harga minyak mentah menjadi US$ 85 per barel, Senin lalu, dinilai makin realistis. Pasalnya, dalam sepekan lalu, harga minyak bertengger di atas US$ 100 per barel.

Di Bursa New York, Jumat pekan lalu, minyak sempat dijual US$ 103,05 per barel sebelum ditutup pada level US$ 102,20 per barel. Minyak jenis brent di Bursa London dijual US$ 100,32 per barel. Kemudian, dalam perdagangan di Bursa New York, Senin lalu harga minyak mendekati rekor US$ 104 per barel. Sedangkan jenis brent pada perdagangan Selasa pagi dijual US$ 100,12 per barel.

Melonjaknya harga minyak hingga di atas US$ 100 per barel, menurut Direktur Center for Petroleum and Energy Economics Studies, Kurtubi, bukan anomali. Sebab, pada triwulan pertama 2008, permintaan minyak dunia masih tinggi, yakni 88 juta barel per hari. "Karena belahan bumi utara sedang musim dingin," katanya.

Apalagi, negara-negara OPEC tampaknya enggan menambah produksi minyak. Meski, berbagai desakan pada OPEC untuk menaikkan produksi berdatangan dari banyak kalangan, seperti Presiden dan Menteri Energi Amerika Serikat serta sejumlah negara industri maju.

"Namun OPEC tidak akan mau menambah produksi," ujar Kurtubi. Selain secara fundamental pasar sangat ketat, muncul pula isu geopolitik, seperti pemberontakan di Nigeria serta konflik antara ExxonMobil dan Venezuela. Kejadian itu membuat harga terdorong naik. "Suplai pun mengalami gangguan," katanya.

Nilai dolar Amerika, yang anjlok dibandingkan dengan euro, turut mengatrol harga minyak. "Negara OPEC merasa pendapatannya digerogoti," katanya lagi. Sebab OPEC mengekspor minyak dalam bentuk dolar. Padahal, nilai euro lebih tinggi dibandingkan dengan dolar. Karena itu, negara-negara OPEC merasa akan rugi sehingga tidak mau menaikkan produksi.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak itu sebenarnya akan bertemu di Wina, Austria, mulai Rabu pekan ini. Namun bukan untuk merencanakan kenaikan produksi. Yang menjadi pembicaraan malah menurunkan produksi. "Saya tidak berpikir OPEC akan menaikkan produksi. Sebab kami akan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan. Namun itu tak terjadi," kata Presiden OPEC, Chakib Khelil, Selasa lalu, seperti dikutip BBC.

Data yang dikeluarkan Pemerintah Amerika Serikat pekan ini memperlihatkan kecukupan pasokan minyak mentah dan bahan bakar untuk pasar domestik. Apalagi, pada triwulan kedua 2008, diperkirakan permintaan minyak turun karena berakhirnya musim dingin. Nah, bila permintaan turun, OPEC akan menurunkan produksinya.

Sementara ini, harga minyak dunia yang ideal di pasar dari sisi OPEC adalah US$ 100 per barel. Pada saat ini, OPEC memasok 40% kebutuhan minyak dunia, dengan mematok kuota produksi 29,67 juta barel per hari. "Harga itu yang bisa diterima OPEC, khususnya Venezuela," katanya.

Tingginya harga minyak dunia jelas berdampak pada APBN, terutama menyangkut subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan defisit anggaran. Menurut Kurtubi, kenaikan harga minyak ini akan memperbesar defisit negara. Imbas yang dirasakan, PLN harus membayar BBM dengan harga mahal. Begitu pula perusahaan penerbangan, yang dipaksa menaikkan harga tiket karena beban BBM untuk pesawat bertambah. "Yang beli tiket pesawat bisa turun," ujarnya.

Melambungnya harga minyak juga berdampak pada pembangunan infrastruktur. Kurtubi menilai, pemerintah tak akan mampu membiayainya. "Anggarannya sedikit," katanya. Kesempatan kerja pun berkurang karena kemampuan APBN menciptakan lapangan kerja menurun. "Apabila pemerintah tidak hati-hati, banyak usaha yang bakal gulung tikar," ia menegaskan.

Pengamat perminyakan Dirgo Purba mengatakan, semua kegiatan ekonomi bergantung pada minyak. "Jadi, kalau harga minyak naik, semua komoditas pasti akan naik," ujarnya. "Ini hukum ekonomi yang paling dasar," ia menambahkan.

Menurut Dirgo, negara penghasil minyak tidak akan menaikkan kapasitas produksinya. "Karena mereka telah memaksimalkan produksi," katanya. Ia bahkan menilai, filosofi OPEC sebagai stabilisator harga tak lagi berlaku. "Karena semua negara itu sudah mencapai titik maksimal produksi," ujarnya. Begitu pula Indonesia. "Mau di-obok-obok, tetap saja tidak mampu menambah kapasitas produksi," ungkapnya.

Dirgo menilai, tidak ada harga ideal untuk minyak dunia. "Harga mengikuti hukum pasar yang paling dasar, yakni supply and demand," katanya. Kini faktor yang menentukan turunnya harga minyak dunia, menurut Dirgo, adalah Amerika. Sebab konsumsi minyak di Amerika tertinggi, yakni sekitar 22 juta barel per hari. "Kalau Amerika menurunkan konsumsinya, permintaan akan menurun," tuturnya. Namun hal ini sulit terjadi, karena masyarakat Amerika sangat liberal sehingga tak akan mungkin mau menghemat.

Dampak terbesar kenaikan harga minyak, kata Dirgo, sebanyak 70% berimbas pada perusahaan penerbangan. "Ongkos produksi akan naik karena bahan bakar mahal," katanya. Kini, salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah adalah menjaga stabilitas atau penguatan nilai rupiah. Jadi, harus membuat rupiah menguat sehingga harga listrik, BBM, telepon, dan sebagainya menjadi murah. "Segala transaksi pun harus dilakukan di Indonesia, tidak di luar negeri," ujarnya.

G.A. Guritno dan Rach Alida Bahaweres
[Laporan Utama, Gatra Nomor 17 Beredar Kamis, 6 Maret 2008]

SXSW: White Shoes and The Couples Company


Sun Mar 16, 2008 at 02:55:18 PM

Entering The Habana Annex on 6th, I could have as well been traveling back to a cruise ship in the 70s thanks to White Shoes and The Couples Company. Clad in matching attire, the Indonesian outfit looked like it stepped straight out of a scene from The Love Boat and the music followed suit. White Shoes’ blend of retro pop and jazz makes for one of coolest takes on lounge since Esquivel.
The tunes are as polished as the band members’ style and it’s not surprising, seeing as the sextet (who were only five strong last night because of work visa woes – damn you, government!) met and formed at an Indonesian art school. A majority of the audience couldn’t sing along (the band sings in its native tongue), but lucky for us you don’t need to know the words to dance along.
..So yeah, once again, pretty good year. – Dusti Rhodes


Atau dapat langsung di lihat di:

ARTICLES:

http://blogs. houstonpress. com/rocks/ 2008/03/sxsw_ white_shoes_ and_the_coupl. php

http://artsbeat. blogs.nytimes. com/2008/ 03/16/sxsw- white-shoes- and-the-couples- company/

http://www.ireland. com/blogs/ ontherecord/ 2008/03/16/ sxsw-2008- saturday- night-fever/

Saturday, March 15, 2008

EARTH, WIND, & FIRE Experience Featuring The Al Mc Kay All Stars


March 15th in Bali @ Hardrock Cafe
The Legendary Classic Disco Group Is Coming To Shake Bali. So Dress Up, And
Show Your Groove!

Presenting Classic Hits Such As "Let's Groove", "Boogey Wonderland",
"Shining Star", "After The Love Has Gone", "September" and Many More!

Friday, March 14, 2008

Pelajaran dari bocah penjual Koran


Pagi itu seperti biasa saya berangkat pagi setelah subuh dari rumah, ke tempat penyimpanan motor di bilangan cawang, uki, walau sering terlambat, kali ini saya datang labih awal ketempat menunggu bis antar jemput yang membawa saya ke kantor, saya menyukai naik bus jemputan karena lelah berkendara dari depok-cikarang. Tidak tahan kemacetan ibu kota.

Seperti biasa saya duduk bersama rekan rekan sambil menunggu jemputan. Tetapi karena saya datang lebih awal, munculah seorang bocah lelaki yang seperti biasa menawarkan Koran kepada semua penduduk shelter.

" Koran, Koran, Kompas, Media, tempo, republika, warta kota" begitu teriak bocah laki-laki tersebut menawarkan Koran kepada kami. "Koran bang" dia menawari ku untuk membeli Koran. "seperti biasa kompas satu" kataku meminta Koran yang biasa kubaca setiap pagi.

Tangan mungilnya dengan cekatan memilih Koran yang kuminta diantara tumpukan Koran dagangannya.

" ini bang Koran kompasnya" memberi Koran yang aku minta kepadanya, "nih ada kembaliaanya engga" kataku sambil menyodorkan uang Rp 50.000, kepadanya. "beres bang, pasti ada" segera dikeluarkan kembaliannya dari tas gembloknya yang kotor, "wah pagi-pagi uangnya dah banyak ya" kataku kepada bocah tersebut.


"Allhamdulilah bang, rejeki saya lagi lancar" katanya sambil tersenyum senang. Dan setelah itu diapun berlalu menawarkan Koran kepada para penghuni shelter lainnya.

Saat ini pukul 05.20, masih terlalu lama jemputan ku datang, maka saya menyempatkan membaca oran kompas yang tadi saya beli pada bocah tukang Koran tersebut.

Tanpa sadar saya memperhatikan betapa gigih seorang bocah tukang Koran tersbut mencari uang, dengan menawarkan daganganya kepada semua orang yang datang dan pergi silih beranti.

Sepintas tampak keringat membasahi wajahnya yang tegar dalam usia beliaya harus berjuang memperoleh uang secara halal dan sebagai pekerja keras.

" Koran, mba ada tabloid nova, ada berita selebritisnya nih mba, atau ini tabloid bintang, ada kabar artis bercerai" katanya bagai seorang marketing ulung tanpa menyerah dia menawarkan Koran kepada seorang wanita setengah baya yang pada akhirnya menyerah dan membeli satu tabloid yang disebut sang bocah tersebut.

Sambil memperhatikan terbersit rasa kagum dan rasa haru kepada bocah tersebut, dan memperhatikan betapa gigihnya dia berusaha, hanya tampak senyum ceria yang membuat semua orang yang ditawarinya tidak marah. Tidak terdapat sedikit pun rasa putus asa dalam dirinya, walaupun terkadang orang yang ditawarinya tidak membeli korannya.

Sesaat mungkin bocah tersebut lelah menawarkan korannya, dan dia terduduk disampingku, "kamu engga sekolah dik" tanyaku kepadanya "engga bang, saya tidak ingin sekolah tinggi-tinggi" katanya.

"engga ada biaya dik' tanyaku menyelidik, "Bukan bang, walau saya tukang Koran saya punya cita-cita" jawabnya, "maksudnya, kan dengan sekolah kamu bisa mewujudkan cita-cita kamu dengan lebih mudah" kataku menjawab.

"Aku sering baca Koran bang, banyak orang yang telah sekolah tinggi bahkan sarjana tidak bekerja bang, alias nganggur. Mending saya walau sekolah tidak tinggi saya punya penghasilan bang" katanya berusaha menjelaskan kepadaku. "abang ku bang, tidak sekolah bisa buka agen Koran penghasilan sebulannya bisa 3-4 juta bang, saya baca di Koran gaji pegawai honorer Cuma 700ribu, jadi buat apa saya sekolah bang" tanyanya kepadaku

Saya mengerutkan kening, tertanda saya tekejut dengan jawaban bocah kecil tersebut pemikiran yang tajam, dan sebuah keritik yang dalam buat saya yang seorang sarjana. Dalam hati saya membenarkan perkataan anak tersebut, UMR kota bekasi saja +/-900rb untuk golongan smu.

Saya pun tersenyum mendengar jawaban anak tersebut, kemudian bus jenputan saya pun tiba dan saya meninggalkan bocah tersebut tanpa bisa menjawab pertanyaanya, apa tujuan kita sekolah, menjadi sarjana.?

Karena banyak sarjana sekarang yang begitu lepas kerja mengaggur, tidak punya penghasilan, dan banyak juga karena belum bisa bekerja yang melanjutkan S2 dengan alas an ingin mengisi waktu luang dan menambah nilai jual dirinya.

Tapi pernyataan bocah penjual Koran tersebut menyadarkan saya, tentang rejeki, dan tujuan dari bersekolah, yang saat ini saya mungkin kalah dengan bocah kecil tersebut, walau saya seorang yang mempunyai penghasilan dan mempunyai suatu jabatan saya hanyalah manusia gajian, saya hanya seorang buruh.

Beda dengan bocah kecil tersebut, dalam usia belia dia sudah bisa menjadi majikan untuk dirinya sendri. Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual Koran tersebut. pembalajaran yang menarik dari seorang bocah kecil yang setiap hari kutemui.(EA)

"Rizky Tuhan sungguh tidak terbatas, tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha menggapainYa"
"Pelajaran Dapat di peroleh tidak hanya di pendidikan formal, Dan dunia pun banyak memberi pelajaran untuk kita"


Depok 12 September 2007 21:59



--
Best Regard
Erwin Arianto,SE

Wednesday, March 12, 2008

YLKI: Susu Formula Aman Dikonsumsi


Produk susu formula yang beredar di masyarakat aman dikonsumsi karena sudah sesuai standar nasional maupun internasional.

"Pemerintah tidak perlu paranoid. Perlu didorong untuk mengatakan bahwa produk-produk itu aman," kata pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Sukmaningsih, di IPB, Selasa (4/3).

Masyarakat juga tidak perlu resah dan kemudian menuntut diumumkannya merek susu yang oleh tim IPB dinyatakan terkontaminasi bakteri "E sakazakii" tersebut.

Ia mengemukakan, pernyataan tersebut juga didasari fakta bahwa selama 50 tahun hanya 68 kasus akibat "E sakazakii" yang ditemukan di dunia.

Sekarang ini, lanjut dia, bukan waktunya untuk saling tuduh soal siapa yang paling benar dalam kasus ini. Penilaian mengenai valid tidaknya penelitian tersebut juga tidak seharusnya terjadi.

"Kalau perlu sekarang juga katakan bahwa produk susu yang sekarang beredar memenuhi syarat," katanya.

Indah Sukmaningsih mengakui, tidak ada risiko nol (zero risk) dalam produk pangan. Oleh karena itu, masyarakat harus ekstra hati-hati dalam mengonsumsi susu formula dengan mengikuti petunjuk dalam kemasan.

Sementara itu, Ketua Tim peneliti dari IPB, Dr drh Sri Estuningsih mengatakan, bakteri "E sakazakii" yang ditemukan dalam susu formula dan makanan bayi belum tentu menghasilkan racun (enterotoksin) yang menyebabkan penyakit.

Tuesday, March 4, 2008

"All our small gestures count" Interview with Anggun




Interview with Anggun, singer Indonesian sponsor for the third year in a row of price environment Micro-National Geographic Channel.

Why did you engaged with the National Geographic Channel to its price micro-environment?
We hear a lot about the environment in general, as a
major cause melting ice in the Arctic and global warming, but I believe that we do not talk enough gestures that people are at their level for the planet. These little things are actually very important because each link of an ecosystem has its function and importance. This award encourages people to continue their efforts to save nature in scale, locally.

Are there any projects that you have particularly strong?
I remember the first year, there was a lady who had built a nest for butterflies.
It is a gesture of great beauty and it is important to not minimize. There are also several groups that are defending the diversity of fruit and vegetables by promoting the culture of ancient varieties like potimarron. Many of the projects are related to birds. I remember in particular an association that built nesting boxes for owls, several species have indeed difficult today to make their nests because there are fewer and fewer trees adapted.

You are sensitive to the environment in your daily life?
My involvement for the price micro-environment, that's nothing, but I try to get the message across. I just have a child and
I want that big when she could still see live animals in their natural habitat. All our small gestures account for this: we can sort our waste, to conserve energy, refuse plastic bags… This is the same struggle. I would like very much for coming generations, it is our duty towards our children.

You are Indonesian, then how you live wild deforestation of its tropical forests?
Deforestation is a crime in Indonesia since the 1980's. It is a developing country: it is the money that dictates the law because there is a lot of corruption. It touches me greatly. I feel the difference when I go to Jakarta, my home town. The monsoon season lasts longer and the destruction of the forests of Borneo and Sumatra that Jakarta is increasingly windy and dusty. In Asian countries, it is unfortunately difficult to talk about the environment: it is not yet part of the priorities of the people… it is perhaps not even at the 32nd place on their list of priorities! We must put pressure on the government to move things: we need to talk, even if they are not glamorous or sexy subjects.

Are you optimistic about the future of the planet?
We must not give up and we must continue to strive for that may one day save the bears, and other endangered species, if it
is not too late. I just make the world a little girl, I need to be optimistic about the future.

Nadia Loddo
Metrofrance.com

Link source: http://www.metrofrance.fr//fr/article/2008/02/18/17/0738-37/index.xml
(Credits: Dian)

Addition:

ANGGUN, MARRAINE OF OPERATIONS, UNDERTAKES…

Anggun, you repeat your commitment to the 2nd edition of Prize Micro-environment National Geographic Channel, what is your Look at the protection of fauna and flora in a year?
I think that all means are justified to preserve nature, and I am also very pleased with the current popular movement in favour of ecology. However, I hope that it will have the necessary means to effectively protect the flora and fauna.

You have been seduced and affected by the actions taken by the winners of last year. What do you expect from projects will be presented at the new edition?
In an ideal situation, especially j'adorerais there are fewer requests for financial assistance for the
micro-environment. This would mean that there has been a real awareness and that ignorance of the issues Ecological has significantly decreased.

What are the actions that will sensitize you the most?
I am quite sensitive to everything related to food, because it has a direct impact on our bodies. For example GMOs present r isks of contamination in terms of wildlife and the Flora, they threaten the entire food chain rebound and play havoc genetics of all living species. Everything is connected and should therefore appeal the precautionary
principle to protect these jewels that are unique flora and fauna."

Source link: http://www.ecologie.gouv.fr/IMG/pdf/dp_Prix_Micro-Environnement_2007.pdf
(Credits: Dian)


Interview d'Anggun, chanteuse indonésienne, marraine pour la troisième année de suite du prix Micro-environnement National Geographic Channel

Pourquoi vous êtes-vous engagée aux côtés de National Geographic Channel pour son prix micro-environnement ?
On parle beaucoup de l’environnement en général, des grandes causes comme la fonte des glaces en Arctique ou le réchauffement climatique, mais je trouve qu’on ne parle pas assez des gestes que les gens font à leur niveau pour la planète. Ces petits gestes sont en réalité très importants car chaque maillon d’un ecosystème a sa fonction et son importance. Ce prix encourage les gens à poursuivre leur action pour sauver la nature à leur échelle, localement.

Y a-t-il des projets qui vous ont particulièrement marquée ?
Je me rappelle la première année, il y a eu une dame qui avait aménagé un nid pour les papillons. C’est un geste d’une extrême beauté et qu’il ne faut surtout pas minimiser. Il y a aussi plusieurs groupes qui défendent la diversité des fruits et légumes en promouvant la culture de variétés anciennes comme le potimarron. Beaucoup des projets concernent les oiseaux. Je me souviens notamment d’une association qui construit des nichoirs pour les chevêches, plusieurs espèces ont en en effet du mal aujourd’hui à faire leur nid car il y a de moins en moins d’arbres adaptés.

Vous êtes sensible à l’écologie dans votre vie quotidienne ?
Mon implication pour le prix micro-environnement, ce n’est rien, mais j’essaie de faire passer le message. Je viens d’avoir un enfant et j’ai envie que lorsqu’elle sera grande elle puisse encore voir des animaux vivre dans leur habitat naturel. Tous nos petits gestes comptent pour cela : on peut trier nos déchets, faire des économies d’énergie, refuser les sacs en plastique… C’est le même combat. J’y tiens beaucoup pour les générations à venir, c’est notre devoir vis-à-vis de nos enfants.

Vous êtes indonésienne, alors comment vivez vous la déforestation sauvage de ses forêts tropicales ?
La déforestation se fait de façon criminelle en Indonésie depuis les années 1980. C’est un pays en voie de développement : c’est l’argent qui dicte la loi car il y a beaucoup de corruption. Ça me touche beaucoup. Je sens la différence quand je vais à Jakarta, ma ville natale. La saison de la mousson dure plus longtemps et la destruction des forêts de Bornéo et de Sumatra fait que Jakarta soit de plus en plus venteuse et poussiéreuse. Dans les pays d’Asie, il est malheureusement difficile de parler d’environnement : ça ne fait pas encore partie des priorités des gens… ce n’est peut-être même pas à la 32e place de leur liste de priorités ! Il faut mettre la pression sur le gouvernement pour que les choses bougent : il faut qu’on en parle, même si ce ne sont pas des sujets glamour ou sexy.

Etes-vous optimiste pour l’avenir de la planète ?
Il ne faut pas baisser les bras et il faut continuer à lutter pour qu’on puisse un jour sauver les ours, ou d’autres espèces menacées, si ce n’est pas trop tard. Je viens de mettre au monde une petite fille, je me dois donc d’être optimiste pour l’avenir.

Sunday, March 2, 2008

UI Punya Jalur Khusus Sepeda Pertama di Indonesia

Pembangunan jalur khusus sepeda di dalam lingkungan Universitas
Indonesia (UI) Depok sudah rampung sekitar 50 persen. Peresmiannya akan
dilaksanakan tepat 100 hari kepemimpinan Prof Gumilar R Soemantri
menjadi rektor, yaitu pada Maret 2008.

"Jalur sepeda ini merupakan pertama di Indonesia, khususnya di dalam
lingkungan kampus," kata Rektor UI, Prof Gumilar Rusliwa Somantri, di
Depok, Selasa (5/2).

Ia mengatakan, jalur sepeda ini dibuat dengan konsep /green campus and
world class campus/ (kampus hijau yang bertaraf internasional) .

"Program ini juga merupakan bukti kita dalam menyelesaikan permasalahan
terkait dengan isu /global warming/ (pemanasan global).

Menurut dia, jalur sepeda tersebut sampai saat ini pengerjaannya sudah
mencapai sekitar 50 persen. Selanjutnya pada bulan depan akan diresmikan
penggunaannya.

"Sejumlah pihak seperti perusahaan, industri dan sebagainya sudah
mendukung program ini," katanya.

Jalur sepeda itu, kata dia, nantinya akan dilengkapi dengan stasiun,
pos, tempat parkir, /water contain/ (pengisian air minum), dan sepeda
disiapkan sekitar 1.000 unit.

"Sepeda itu /free of charge/ (gratis). Jadi mahasiswa menggunakan sepeda
dengan /smart card/. Dia dapat berhenti di halte tertentu dan bisa ganti
sepeda," katanya.

Lebih lanjut mantan Dekan Fisip UI itu mengatakan, jalur sepeda sangat
penting untuk menerapkan pola hidup sehat di kalangan mahasiswa dan
dosen. "Polusi udara sudah terlalu berbahaya, UI mencoba melakukan pola
hidup sehat seperti yang sudah dilakukan beberapa kampus di luar
negeri," katanya. *[TMA, Ant]*

--
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana