Tuesday, January 29, 2008

ANGGUN COMMITTED TO FIGHT AIDS

FRANCE...
Angunn s'engage contre le sida

La chanteuse qui prête sa voix cet automne au long-métrage, "Un jour sur Terre", sera photographiée avec divers autres artistes dans un livre mis en vente au profit de la lutte contre le sida.
Dans le cadre de la Journée Mondiale de la lutte contre le sida, un livre exceptionnel de photographies de stars va être commercialisé au profit de la recherche et de l’aide aux malades.

Une superbe photographie d'Anggun sera publiée dans l’ouvrage, photo qui illustrera un article consacré à la lutte contre la maladie.

En outre, la photo d'Anggun sera imprimée sur une immense bâche qui ornera l’impressionnante façade de l’immeuble HSBC sur les Champs-Elysées, à Paris.

La chanteuse est connue pour son engagement dans diverses causes humanitaires : Porte-Parole de l’ONU, Ambassadeur de la Fondation Nicolas Hulot, etc.

Actuellement enceinte, elle est aussi en cours de production de son nouvel album, réalisé par Tefa & Masta (Diam’s, Sinik, etc.), à paraitre en 2008.

ENGLISH TRANSLATION :



Anggun, the singer whose vocal appeared in "Un Jour sur Terre" this winter, with other celebrities will be photographed for a book-making dedicated for fighting AIDS. In the term of AIDS Day all over the world (Dec 1st), an exclusive photography book of the stars will be sold for funding the AIDS research and the care of AIDS victims.


Anggun's outstanding picture will appear in this book, a photo illustrates an article to fight the AIDS. More than that, her picture will be printed on the giant canvas and will cover HSBC building in Champs-Elysess, Paris.


The songstress is well known of her commitment to the environment and humanity issues. She is the UN spokeperson, the ambassadress of Nicolas Hulot Foundation, etc. The singer currently is doing her new album with the producer Tefa and Masta (Diam's, Sinik, etc) that planned to be released next year.




TERJEMAHAN INDONESIA :


ANGGUN BERKOMITMEN MELAWAN AIDS


Anggun, seorang penyanyi yang pada musim gugur ini suaranya tampil dalam “Un jour sur terre”, akan difoto beserta beberapa artis untuk sebuah buku yang didedikasikan untuk memerangi AIDS. Dalam rangkaian Hari AIDS se-dunia, sebuah buku fotografi eksklusif yang menampilkan para bintang akan dijual secara komersial untuk kepentingan riset dan perawatan para penderita AIDS.



Sebuah foto Anggun yang lain dari yang lain akan ditampilkan dalam karya ini, foto yang mengilustrasikan sebuah artikel melawan penyakit tersebut. Lebih dari itu, foto Anggun akan dicetak pada sebuah kanvas raksasa dan akan menghiasi muka gedung HSBC di Champs-Elysees, Paris.



Penyanyi ini dikenal akan komitmennya pada beragam kepentingan kemanusiaan: Juru bicara PBB, duta Yayasan Nicolas Hulot, dll. Penyanyi ini kini tengah menggarap album barunya bersama produser Tefa dan Masta (Diam’s, Sinik, dll), yang akan diluncurkan 2008

UN JOUR SUR TERRE / PLANET EARTH






Sebuah film dokumenter berbahasa Prancis dengan judul "Un jour sur terre" (Sehari di Bumi) melibatkan Anggun sebagai narator dan juga sebagai penyanyi soundtrack-nya. Film berdurasi 90 menit yang disutradari oleh Alastair Fothergill tersebut mengisahkan tentang kehidupan binatang dan alam sekitar dari mulai Kutub Utara hingga ke Kutub Selatan. Film yang rencana dirilis pada 10 Oktober 2007 di Prancis ini merupakan versi layar lebar dari sebuah tayangan televisi BBC yang berjudul "Planet Earth". Klik www.unjoursurterre-lefilm.com atau www.gaumont.fr

Selain itu juga di acara oprah minggu lalu (tanggalnya saya lupa) dibahas lah film ini, namun yang diundang bukan anggun, melainkan narator wanita amerika yang memang mengisi untuk versi berbahasa ingggris


INI SEDIKIT INTERVIEW
Apa yang membuat anda menerima tawaran menjadi narator versi Prancis film UN JOUR SUR TERRE?

Awalnya mereka menawarkan aku untuk ikut kontribusi dalam proyek film ini dan...ya ampun aku khan jadi penasaran gitu. Biasanya untuk film dokumenter tentang binatang, pasti pengisi suaranya manusia. Filmnya bercerita tentang apa sich ya...kayak membuat bumi menjadi 'sehat' gitu.
Pada dasarnya film ini adalah tentang survival, bagimana mereka bertahan hidup. Aku juga ngerti logika tentang kenapa harus menggunakan suara perempuan sebagai narator.
Aku sendiri udah lihat film'nya dan aku langsung berpikir....eughhhh nggak ada lagi yang perlu dilakukan untuk menyakinkan aku. Aku langsung menerima tawaran menjadi narator.

Menurut anda apakah ada hubungan antara kelangsungan hidup di alam dengan naluri mahluk hidup (manusia pada umumnya) untuk menjaga kelestarian hidup dialam? Hal-hal seperti ini lebih jelas terlihat di Indonesia atau di Barat?

Hubungannya pasti ada. Di Prancis (dimana saya tinggal), apa yang disebut taman bahkan tidak memiliki banyak bunga. Sementara di Indonesia, yang namanya tanam-tanaman termasuk dalam subjek pelajaran disekolah. Kami diajarkan untuk menghargai binatang dan tumbuh2'an. Disamping itu, kami juga harus menghargai sisi magis dan spritual yang ada di alam.
Masalahnya, dibanyak negara seperti Indonesia...ketika kita berbicara tentang lingkungan alam tidak ada yang peduli karena mereka berpikir banyak hal yang lebih 'penting' untuk diperhatikan.
Sebagai seorang publik figur, aku seperti punya semacam media untuk menyampaikan kepada publik. Buat aku, aku juga punya tanggung jawab untuk menyampaikan masalah ini kepada masyarakat. Salah satu caranya ya dengan bersedia menjadi narator film ini. Ini adalah salah satu bentuk perhatian dan tanggung jawabku terhadap alam sebagai salah satu warga bumi.

Gaya berbicara anda dalam menyampaikan narasi film ini terdengar berbeda dari narasi tentang film2 sejenisnya. Apakah anda memang diharuskan untuk menyampiakn narasi dengan gaya seperti itu?

Sebenernya aku mengusulkan ide seperti itu setelah membaca skenario dan menonton filmnya. Kebetulan saat itu aku lagi hamil dan aku seperti seorang ibu yang bercerita difilm itu. Makanya aku tidak ingin narasinya seperti sedang mengajar secara akademis. Karena pada dasarnya difilm itu aku banyak melihat beberapa momen yang sangat menyentuhku. Jadi aku pikir 'kenapa aku enggak menggunakan momen itu?'. Mungkin ini kayak pendekatan ala Indonesia. Film ini juga tidak menyalahkan manusia atas apa yang terjadi pada bumi, tetapi juga tidak berusaha untuk menggurui.
Makanya aku mencoba bikin narasi dengan suara yang halus seperti berbisik karena penyampaian pesan yang hendak disampaikan film ini juga sangat halus.
Aku percaya, pesan yang disampaikan dengan halus lebih bisa diterima daripada pesan yang disampaikan secara cepat atau brutal.

Adegan mana dalam film ini yang paling menyentuh dan mengesankan anda?

Adegan terakhir waktu ada beruang berenang...dia menoleh kekiri dan kekanan. Dia kayak lagi ada ditengah2 air yang sangat luas. Sebetulnya itu adalah esensi dari film ini : menyaksikan bagaimana binatang bertahan hidup.
Kita seharusnya bisa bertanggung jawab pada situasi seperti ini. Aku sempat berpikir bagaimana jika kita manusia berada diposisi atau situasi seperti itu. Pesan seperti itu sangat menyentuhku secara personal.

Apakah anda cukup optimis film ini bisa membangkitkan kesadaran manusia terhadap alam, atau film ini justru adalah sebuah gambaran tentang proses menghilangnya sebuah kehidupan?

Secara objektif, film ini berusaha untuk membangkitkan kesadaran manusia. Kamu harus menontonnya. Aku percaya, sekali kamu melakukannya untuk perubahan, maka (mudah2'an) setiap orang akan bersedia melakukannya juga.
Tentu saja sebuah film atau lagu tidak mungkin mengubah dunia, tetapi mungkin saja bisa mengubah beberapa orang

Thanks to www.an66un.com

Monday, January 28, 2008

with Friends

Pasaraya grande

Sunday, January 27, 2008

Suharto passed away


I just heard from TV’s breaking news that Indonesian former president, Suharto has passed away. I would like to express deep condolence and sympathy to his family. He’s our ex president, despite whatever happened on his regime.

Suharto has died at about 13.10, he had been in critical condition in hospital since January, 4, 2008. Suharto (or Soeharto) was 86 years old, he ruled this country for 32 years.

Bjork Akan Konser di Jakarta


akhirnya salah satu artis kesukaan gw bakalan hadir di jakarta

Saturday, January 26, 2008

TIME Asia's 5 Best Bands: GOODNIGHT ELECTRIC



Asia's Best Bands
according to TIME ASIA magazine
Asian Acts to Watch in 2008 Thursday, Jan. 17, 2008 By LARA DAY Goodnight Electric This trio of 1980s revivalists blends bleeps and beats with a winning hint of self-mockery
Taking their cue from '80s synth-pop acts like Devo and the Human League, Goodnight Electric aim to make "danceable music," explains Henry Foundation, 30. He started the band as a solo project in 2003 before enlisting the help of his art-school friends Oomleo, 29, and Bondi Goodboy, 30. By all accounts, their aim is being fulfilled. Their live show is winning them a growing following in their native Indonesia as well as in Singapore and Malaysia, their videos are on heavy rotation on Channel [V], and they even enjoy a sponsorship deal with Adidas.
It helps that the band looks as good as it sounds. "To us, presentation is important to the package," says Foundation. In Goodnight Electric's case, that tends to mean identical ensembles of shiny tracksuits, slick shades, sparkling sneakers and gleaming visors. These guys would be oddities in any crowd, never mind a club in Jakarta.
Luckily, the band has the sense of absurdity needed to pull it all off. In the song The Supermarket I Am In, they sing in nonsense English: "Let's get together, look for some fun/ We are getting absurd/ We're gonna play, we're gonna run/ I just don't like mustard." Well, when all you want to do is dance, what do lyrics matter? "[Synth pop] may go away this year or next, you never know," Foundation says. "But dance music will always be here."


Please click:http://www.time. com/time/ specials/ 2007/article/ 0,28804,1704856_ 1704855_1704829, 00.html

Ballads of the Cliché


Ballads of the Cliché akan memainkan dua buah pertunjukan akhir pekan ini! Sabtu, 26 Januari 2008: Ballads of the Cliché – Live at Monik Yard, Jl. Dr. Setiabudi 56, Bandung , pertunjukan dimulai pukul 7 malam. Minggu, 27 Januari 2008: Pembukaan Pameran Titik Nol, Toimoi, Kemang, pertunjukan dimulai pukul 7 malam. Kami hanya akan bermain dengan set akustik di pertunjukan hari minggu. Bawa uang lebih untuk membeli Evergreen dengan harga lebih murah dan berbonus cd sampler khusus edisi terbatas yang hanya bisa didapatkan pada pertunjukan kami. Cd sampler itu akan berisi dua lagu yang direkam secara live dan belum pernah dirilis sebelumnya. Kedua pertunjukan ini gratis. Sebarkan informasi ini. Jangan lupa datang. Terima kasih banyak!

Thursday, January 24, 2008

Campus Life - Penjajak Minuman


Siang ini matahari sangat berani memancarkan sinarnya, gw cukup seneng dengan situasi kaya gini, tapi jangan setiap hari ya, ga kuat gw. Disisi lain ada wanita paruh baya yang kelihatannya capek banget melawan hantaman hari ini.

Gue biasa panggil beliau BuNek, penjual minuman & rokok eceran di kampus gue, yaitu Universitas Pancasila. Gue ga tahu, kenapa beliau bisa dipanggil seperti itu, mungkin karena usianya yang +/- 60 tahun, biasanya kalau umur sekitar itu setiap orang akan memanggil nenek. Tapi ga penting juga, apalah arti sebuah nama. Yang penting kita dapat berbagi sesama, meskipin hanya dengan lebih care kepada mereka ataupun mendoakan, menurut gue itu cukup dan wajar, karena gue ga bisa berbuat banyak,cuma itu. Karena gue pun masih nyusu sama orang tua.

Waktu menunjukan pukul 13:15, kalau difikir-fikir dengan keadaan cuaca hari ini yang begitu ngejreng, seharusnya banyak penghuni kampus yang merasa kehausan dan cari minuman segar yang dinggin. Tapi teori gue salah, waktu gue beli rokok, beliau bilang “mas beli minum toh, udah sampe jam segini baru 2 botol yang kejual”. Secara 2 menit yang lalu gw baru aja makan+minum, gimana ceritanya klo gue minum lagi?. Gue cukup heran, kok bisa? Apalagi beliau bilang membayar distribusi tiap bulan sebesar Rp100ribu kepada pihak kampus, bukannya gue sok jadi orang suci, tapi beliau bayar sebesar itu, namun tidak ada fasilitas yang diberikan pihak kampus. Beliau hanya menjajakan dagangannya di parkiran hanya dengan gerobak & bangku paris yang reot, sedangkan peyewa lahan parkir, hanya dibebankan +/- Rp1000 untuk sekali parkir, itu pun kalau penduduk kampus bayar. Gue cukup miris denger pernyataan beliau.

Sebenarnya gue ga mau tulis cerita ini, tapi gue ga tau harus gimana. Hati gue tersentuh untuk membahas beliau. Siapa tahu dari teman-teman kampus membaca tulisan ini akan lebih aware sama lingkungan sekitar dan lebih menghargai yang sesungguhnya. Beliau pernah cerita ke gue, mahasiswa/I yang ditawarin dagangannyaga ada yang merespon dia. Apa salahnya coba, kalau emang ga mau beli, ya bilang aja ga, jangan jadi bisu dan pura-pura ga denger.

Dikampus ini tidak cuma beliau yang menjual minuman & rokok keliling, ada 2 orang lagi, namanya Nely dan yang satunya lagi biasa gue panggil Ibu. Usianya berkisar 40th, yang lebih gesit gerakannya dibanding BuNek. Mereka sering rebutan lahan, antara BuNek dan 2 penjual tersebut. Apa karena beliau sudah tua makanya sering pasrah aja terima keadaan seperti itu. Oh S********T!!!!

Senin kemarin tepatnya tanggal 21, BuNek kebelakang tepat UKM, gw ada diruangan Photography, beliau melihat kearah gue, rencananya gue mau beli rokok, tapi mendadak, salah satu dari 2 penjual itu menyerobot posisi beliau agar gue belinya ke dia, tapi gue berfikir, bahwa orang ini ga sopan, gue kasih sinyal ke BuNek, kalau gue akan beli ke dia, tapi nanti setelah orang itu menjauh. Gue ga mau cuma gara-gara rokok, mereka semakin panas.

Gue cuma bisa berdoa agar mereka bisa saling rukun, sama-sama cari duit, tapi ga perlu acri musuh kaya gitu. Lebih baik berdamailah. Dan bebas untuk mencari pelanggan dimana pun.

Terima kasih BuNek dan Rekan-rekan. Tanpa kalian kami dikampus sulit ngerokok dan minum-minuman yang segar.

NB: BuNe kemarin pas saya foto, Ibu minta di cetakin, saya janji akan kasih fotonya. Sehat selalu dan eteng rejeki untuk BuNe dan keluarga serta damai untuk semua...

Tuesday, January 22, 2008

Campus Life - Bazzar




Bazzar Campus

Campus Life - Iklan Dadakan

buat video ini gila baget, video dibuat untuk komplitin tugas kampus, yang mana mata kuliah Komunikasi Pemasaran.
di terik matahar yang kian ga bersahabat, tapi demi nilai, gw dan temen2 pantang meneyerah.
disini ada video yang sudah menjadi iklan dan ada juga "Making The Video"nya.


Name Tag "BIG HUNTING 2008"




teman2, ini desain untuk name tagnya, kemarin sudah di cetak.
semoga sukses ya acara Big Huntingnya.

Meet & Greet with Anggun



beruntung banget ketemu & foto bareng Anggun, di acara "Meet & Greet with Anggun" yang diadain di Plaza EX 18.12.2006. dah lama banget ya, ga disangka2.

National Monument or MONAS







The National Monument, or "Monas" as it is popularly called, is one of the monuments built during the Sukarno era of fierce nationalism. The top of the National Monument (Monas) is Freedom Square. It stands for the people's determination to achieve freedom and the crowning of their efforts in the Proclamation of Independence in August 1945. The 137-meter tall marble obelisk is topped with a flame coated with 35 kg of gold. The base houses a historical museum and a hall for meditations. The monument is open to the public and upon request the lift can carry visitors to the top, which offers a bird's eye view on the city and the sea

Friday, January 18, 2008

Kebun Raya BOGOR




The Indonesian Botanic Gardens are a part of the Indonesian Institute of Sciences. Annually the four branches in Java and Bali attract million of domestic and international tourists. We hope that you enjoy your online visit, and look forward to your actual visit.

The Indonesian Botanic Gardens are comprised of four Botanic Gardens - Bogor and Cibodas in West Java ( the oldest and most well-known), Purwodadi in East Java, and Eka Karya in Bali. Over the 180 years of the history of Bogor Botanic Garden there have been many major contributions to science, agriculture, conservation and environmental education.

The Bogor Botanic Garden, Indonesia's first and foremost botanical garden, is 87 hectares of beautifully kept trees, plants flowers, lawns and ponds within a busy expanding city of 300,000 people. It is also a world famous institution for research and conservation that has developed over many years and is continuing to do so. The garden is an important part of Bogor city providing not only employment but a large recreational area for local residents, visitors from Jakarta and many passing tourists.

These four gardens have internationally important collections of plants, and while Bogor has plants from all over the world, Cibodas is notable as having a collection of plants found in cool, high altitude environments, with Purwodadi having many plants dependent upon more seasonal climate of East Java, and the high altitude garden in Bali with a large collection of conifers and Indonesian montane species.

BALI



ANYER BEACH






HOREEEEE

Night

JAKARTA
PAITON SURABAYA
CILANDAK TOWN SQ
Semarang

Dunia Fantasi, or Fantasy World






Dunia Fantasi, or Fantasy World, is a recreational park located in Jakarta. Fun for both kids and adults, this park has the exciting rollercoaster, enticing ferris wheel and many more. A great way to spend the time with your loved ones.

The Beyonce Experience- Baby boys Live in Jakarta Indonesia

PENGAMEN



Street musicians which is called "Pengamen" are singing on the local train in Jakarta, Indonesia

Wednesday, January 16, 2008

Bis or BUS


There are a large number bus (bis) companies servicing routes in Jakarta. Many of the larger buses seat 25-40 people (depending on type of bus). The buses have set prices (which should be posted on the bus). Bus companies include the government-owned PPD and Damri, which provides service to the airport. Private companies include Metro Mini. Some buses are air conditioned like Mayasari and Patas AC; they are more expensive. Other bus lines are run by cooperatives like Kopaja and Kopami.

All buses have set routes and set fares, but not set schedules. Students in uniform pay a lower rate of Rp 300 - no matter the distance. If you're not sure of the fare, ask other passengers what it is. Pay the “conductor”, who is usually hanging out the back door. He won't have change for big bills.

Buses are the most common transport of the masses. As we near the fourth year of the monetary crisis, they are almost universally in bad condition. There are less buses on the road as the price of spare parts has caused companies to vandalize other buses in their fleet and up to half of many of the fleets may not be roadworthy.

Bus passengers are often the target for robberies, street singers, and beggars - both on the buses and in the major bus terminals. Many bus drivers are notoriously dangerous as they race against each other to try and pick up passengers before the other buses plying the same route. Metro Mini has the worst reputation for poor drivers.

Buses do not necessarily stop at bus stops ... they stop wherever they can pick up a passenger be it in the middle of the road or on a busy intersection. Buses do not necessarily come to a complete stop for passengers to get off and on. So be careful as to which foot you step off the bus with!

The beginning and end points of each bus route are found on the front and back of each bus, along with a route number. If you don't know which bus to take, just ask the people at the bus stop and they'll tell you (helps if you speak Indonesian, of course).

Inter-city buses to other cities in Java and Sumatra (bis antar kota) can be found at the biggest bus stations - Pulau Gadung, Kampung Rambutan, Lebak Bulus, Blok M, and Kota.


OJEK


Ojek “motorcycle taxis” began appearing in Jakarta after becak were banned in 1994. Ojek service began as a people's initiative to provide a transportation options for people who used to use becak from main roads into housing complexes. There is no government licensing for or control over ojek.

By law all motorcycle passengers should wear helmets, so ojek drivers should have a spare for you to wear. Ojek tend to congregate at t-junctions on main roads and near smaller roads that are not serviced by bus routes. Ladies have a careful balancing act if wearing a dress and must sit sidewise on the back of the vehicle.

Bargain before you get on - ask a local what the price should be first.

Saturday, January 12, 2008

Ragunan Zoo




Ragunan zoo in South Jakarta is a popular place to visit, particularly during holidays. Jakarta's zoo is situated in the suburb of Ragunan in the southern part of the city. Laid out in a lush tropical setting, such indigenous animals as the Komodo lizard, tapir, anoa, Java tiger, banteng, wild ox and brightly colored birds are given ample room to be in this green foliage. The new primates are centered at Ragunan Zoo. It's a world-class facility and guaranteed to entertain and educate both the young and young at heart.

According to its history, Taman Margasatwa Ragunan, or Ragunan Wildlife Reserve, was first set up by a Dutch flora and fauna lovers organization. The organization, the Vereneging Plantenen Dierentuin at Batavia, set up the park on a 10-hectare plot of land in Cikini Raya Street 2, South Jakarta in 1864. The park, Plantenen Dierentuin, was moved to the present location in 1964 to accommodate the city's development plan. In the new location, the park was given a 10-hectare plot of land, but now it occupies 135 hectares of land. This zoo was located at Cikini until 1964, when the site was no longer large enough to accommodate its rapid expansion. Reopened in 1966, the zoo now exhibits 550 species of tropical plants and animals from Indonesia and around the world. Endangered species bred here include the Sumatran tiger, Komodo dragon, dwarf buffalo and bird of paradise.

"Theater Imax Keong Emas" (Golden Snail Theater)


Keong Emas means Golden Snail. This theater is easily recognized because the roof takes the shape a golden snail. Located in the Taman Mini, the Imax Theater presents "Beautiful Indonesia" on a gigantic screen using the latest Imax system. The theater was first open to the public on April 20, 1984 and it's enormous screen, using the latest Imax System, has been listed in the Guinness Book of Records as the largest screen in the world during the 1985, 1986, 1987, 1988, 1989, 1990 and 1991 edition. This theater is located in East Jakarta, in the complex area of Taman Mini Indonesia Indah (The Miniature of Indonesia Park), which was also built on the initiative of Madame Tien Suharto.

Sea World




Inside the Ancol Dreamland complex, Sea World is a high tech modern huge aquarium exhibiting the special and diverse tropical marine life found throughout the Indonesian waters. Stroll through Freshwater World and Micro world, see beautiful tropical fish and corral reefs, and get friendly with marine life at the Touch pool. A theater screens movies about the underwater world and a necessity is the Antasena Tunnel, a walk-through acrylic tube that gives first hand experience of life under the sea. This giant aquarium proudly introduces visitors to more than 4,000 fish and sharks from 300 species. Sea World has great many attractions to its credit; it has a Dolphin Show that is quite popular and a gallery, which showcases many of sea creatures from all over the world. Some times people find it better in comparison to Sentosa Island, one of the most popular destinations in Singapore.